Donderdag 22 Januarie 2015

MERAJUT FAJAR TIMUR





Tiada pernah sirna,
tentang sebuah harapan,
akan kebebasan yang aku dambakan
Sekian lama hati dalam hampa,
melewati waktu yang terus melata,
tinggalkan luka,
namun tak jua ku bisa melupa,
kebebasan dalam batok kepala.
Walau negara sedang melukaiku,
Negara melenggang menari di atas tangisanku,
Negara benamkan dalam dustanya
lukapun semakin dalam menghunjam,
Namun tulus hatiku,
berjuang demi kebebasanku,
untuk meraih harapanku,
mutlah demi negriku,
merajut Fajar Timur.
Puisi Papua, Papua – Abepura, Bukit Keheningan, 27/05/13
Honaratus Pigai

Untukmu mama,
kunyanyikan kembali dua bait lagu Christine ini:
Seluruh jiwa ragaku
Segalanya untukmu mama
Janganlah ku dengar lagi
Engkau menangis
Badanmu kurus dan letih
Biarlah tidur dan bermimpi
Mimpikanlah hari ini
Akan berganti
Kaulah nadi hidupku mamaku
Hapuslah air matamu dari pipimu
Cantiknya raut wajahmu mamaku
Berikan senyum yang indah di bibirmu.
Salam Untukmu kasih.

Nyanyikan lagu ini dimana pun anda berada.
HAI TANAHKU PAPUA,
KAU TANAH LAHIRKU,
KU KASIH AKAN DIKAU
SEHINGGA AJALKU.
KUKASIH PASIR PUTIH
DI PANTAIMU SENANG
DIMANA LAUTAN BIRU
BERKILAT DALAM TERANG.
KUKASIHI GUNUNG-GUNUNG
BESAR MULIALAH
DAN AWAN YANG MELAYANG
KELILING PUNCAKNJA
KUKASIHI DIKAU TANAH YANG DENGAN BUAHMU
MEMBAYAR KERAJINAN
DAN PEKERJAANKU
KUKASIHI BUNYI OMBAK
YANG PUKUL PANTAIMU
NYANYIAN YANG SELALU SENANGKAN HATIKU.
KU KASIHI HUTAN-HUTAN SELIMUT TANAHKU
KUSUKA MENGEMBARA DIBAWA NAUNGANMU.
SYUKUR BAGIMU TUHAN,
KAU BERIKAN TANAHKU
BERI AKU RAJIN JUGA
SAMPAIKAN MAKSUDMU.





BUKAN UNTUK MENGEJAR NAMA
Jari jemariku masih terus menari,
kuungkapkan apa yang tersirat di hati,
tak kira di kertas usang,
yang jelas kumerasa puas dan senang.
Terserah kau mau mengerti ataupun tidak,
pada asa yang tak bisa kutolak,
yang jelas dan nyata,
bukan untuk mengejar nama.
Rangkaian bait bait kata,
kusulam, kujadikan syair dan puisi,
yang selama ini meraja,
bertahta dikerajaan asa.
Jari jemariku masih menari,
entah kapan ia akan berhenti,
selagi ada rindu dan cinta suci,
selagi belum kutemui nahkoda KEBEBASAN.

KAU TAK PERDULI
Semakin kau tak melihatku,
acuh dan tak peduli padaku,
kau sibuk dengan urusanmu,
alihkan pandangan dariku,
Seakaan aku tak ada,
hanya sekilas di depan mata,
kau tak mengerti perasaan ini,
kau bertingkah semau sendiri.
Kau anggap aku hewan
yang tidak setara manusia,
hanya ciptaan nomor dua,
di pandang sambil lalu berjalan,
bahkan menghilangkan nyawa.

01 MEI MENURUT INDONESIA & PAPUA
MENURUT INDONESIA
Membangun Papua adalah jawaban terakhir dari dinamika politik bahwa Papua dapat dibangun dalam bingkai NKRI. Segala akumulasi persoalan yang terjadi di Papua, sudah dijawab pemerintah melalui Otonomi Kusus Papua.
Karena itu sekali lagi, mesti membangun Papua dalam bingkai NKRI, membangun manusia Papua menuju keadilan dan kesejahteraan.
MENURUT RAKYAT PAPUA
Segala Kebijakan Indonesia tidak mampu menjawab persoalan Papua. Segala kebijakan SALAH ALAMAT dan TEMPAT.
Indonesia Menciptakan strategi untuk menggelapkan KEBENARAN sejarah di atas dalih Kebijakan-kebijakan PALSU (Otsus, UP4B dan sederetannya) dan di atas dalih pembangunan daerah Papua.
maka rakyat selalu mengatakan, LAWAN…LAWAN…LAWAN negara kolonial Indonesia. Kata demikian muncul karena rakyat merasa 01 1963 adalah cacat dan tidak benar. Indonesia membawa Papua ke dalam pengkuan NKRI secara paksa dan tanpa kehendak bebas.
Dengan demikian, Indonesia kalau mau bangun Papua mesti mendengarkan dan menjawab seluruh kemauan rakyat, termasuk hak-hak dasar kehidupan bangsa Papua ke depan.
PUISI PAPUA

Namaku : UANG
Wajahku biasa saja, fisikku juga lemah, namun aku mampu merombak tatanan
dunia.
Aku juga “bisa” merubah Perilaku, bahkan sifat Manusia’ karena manusia mengidolakan aku.
Banyak orang merubah kepribadiannya, ­­­­mengkhianati teman, menjual tubuh, bahkan meninggalkan keyakinan imannya, demi aku!
Aku tdk mengerti perbedaan orang saleh & bejat, tapi manusia memakai aku menjadi patokan derajat, menentukan kaya miskin & terhormat atau terhina.
Aku bukan iblis, tapi sering orang melakukan kekejian demi aku. Aku juga bukan org ketiga, tapi banyak suami istri pisah gara2 aku.
Anak dan orangtua berselisih gara2 aku.
Sangat jelas juga aku bukan Tuhan, tapi manusia menyembahaku spt Tuhan, bahkan kerap kali hamba2 Tuhan lebih menghormati aku, padahal Tuhan sudah pesan jgn jadi hamba uang.. Seharusnya aku melayani manusia, tapi kenapa malah
manusia mau jadi budakku?
Aku tdk pernah mengorbankan diriku untuk siapa pun, tapi banyak orang rela mati demi aku.
Kalau suatu hari anda dipanggil Tuhan, aku tdk akan bisa menemani anda, apalagi menjadi penebus dosa2 anda, anda harus menghadap sendiri kpd sang Pencipta lalu menerima penghakimanNYA.
Saat itu, Tuhan pasti akan hitung2an dgn anda, APAKAH SELAMA HIDUP ANDA MENGGUNAKAN aku dgn baik, atau sebaliknya MENJADIKAN aku sebagai TUHAN?
Ini informasi terakhirku: Aku TIDAK ADA DI SURGA, Jadi jangan cari aku disana.
Salam sayang,
UANG..
Sobat apa yg anda fikirkan stelah membaca pesan dari “uang” sperti diatas?
sumber: renungan harian setiap hari.

ZINKAN KAMI MEMANDANGMU
Nelangsa hidup diliputi awan hitam,
tawa dan canda bergeser makna,
membelenggu, membungkus keceriaan hidup.
Wahai Kejora,
Sang Bintang Timur,
berkibarlah eksis di atas bumimu,
hiburlah bangsa insanmu.
Izinkanlah kami,
memandang dirimu di atas tiang kokoh,
sebelum menutup mata,
untuk berada dalam timbunan tanah.
Hanya sepenggal kata yang tersimpan,
rapih dan selalu setia,
“kaulah pujaan sepanjang masa.”

ke-AKU-anku
Kucari AKU
Dalam sujud dan heningku
Dalam pengembaran panjang alunan Dzikir
Dlam sunyinya malam,
Dalam segarnya mentari pagi…
Dalam…dalam.. ..dalam keraguanku…
Dalam batas antar 2 pikiran
Dalam kesenangan, kesedihan, kemelaratan,
kelaparan, kegundahan, keceriaan…
Dalam diamku…..
Ku Tahu,
KAU ada dlm setiap apapun,
dalam alunan syukur dan caciku
Semua akan kembali padaNYA..
Puisi Papua
INGIN KU-GAPAI
Ingin aku mengejar awan,
tapi ada dinding di sebelah,
bayang-bayang yang nampak,
semakin aku kejar,
semaki menjauh.
Kesedihan, keraguan, dan kegalauan,
yang selama ini aku hadapi,
semoga menjadi langkah awal,
untuk menggapai awan dikemudian hari.
Kegembiraan dalam meniti hidup,
kematangan dalam mengambil sikap,
menatap masa depan yang cerah,
hidup dalam damai.
Puisi Papua

HATI YANG PASRAH
Mengapa Aku terlalu hanyut dalam kisah rumit ini,
ku merasa letih dengan hidup yang terus memilukan,
jalan manakah yang harus ku lalui…?
Mengapa langkahku tak pernah lagi seindah wangi…?
Bunda alamku, cobalah kau genggam hatiku ini,
sedikit saja,
kau merasakan yang kuderita.
Tuhan,
sedikit pun ku tak pernah meragukan kekuasaanmu,
ku terima segala coba_Mu,
ku syukuri semua siksa_Mu atas batinku.
Tapi, sampai kapan Engkau lepaskan rantai ini Tuhan…?
bukan aku meresah akan jalan_Mu,
aku hanya ingin bebas dari smua ini.
Aku hanya ingin merasakan apa yg Kau brikan kepadanya,
sebuah kisah yg utuh dan penuh dengan damai,
penuh kebenaran dan keadilan.
Tuhan,
Selalu ku meminta belas kasih_Mu,
tapi tak pernah Kau pedulikan.
AKu selalu brusaha untuk melepas jerat ini.
tapi Kau selalu membalikkan,
hingga kisah deritaku masih berlangsung.
Aku menyerah Tuhan,
aku terima semua siksa_Mu ini,
melalui orang lain,
membiarkanku tercekam oleh derita demi derita,
tanpa seorang pun yang mengucap kata KASIH dan SENYUMAN INDAH itu.
Tuhan,
lekaslah Kau bunuh aku,
aku rasa, itu jalan terbaik,
untukku.
Puisi Papua

KAMI YANG TERLUPAKAN
Rajutan kisah menaungi di masa indah kami
didalam waktu yg kini kau bebas, bermain dgn indahnya bumi ini.
Diatas tumpah tangis ratapan,
biasa kami lalui,
berhari-hari,
bertahun-tahun,
seakan tak lenyap, dlm gurau pemusnahan yg kini kau pancarkan.
Menggelegar jeritan,
senapan dan meriam yg merampas masa indah kami.
Kini kau telah menuai hasil jerit,
rintih dan pengorbanan nyawa.
Teruskanlah perjuangan,
hai pembela kemanusiaan, kebenaran dan keadilan,
berteriak dalam sunyinya malam.
Katakanlah dengan keras,
diantara gerimis yg membasahi jejak langkahmu.
semoga terdengar,
dibelahan nusantara dunia.
Puisi Papua

TERKENANG
Di kala hamparan dunia bersorak,
anak manusia merenung,
tunduk dan membungkuk,
mengenang memori lalu.
Terpatri,
Sang revolusioner,
menyebar di ujung tembakan,
meminta pertolongan abadi.
tiada henti,
dunia mengamuk,
arogansi menyebar,
nyawa melayang.
terkenang kisah piluh,
tapi tiada henti,
memeluk erat,
Sang Fajar Timur.
Puisi Papua

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking